Sunday, December 2, 2012

Aktivis Greenpeace Mengunci Diri Di Alat Berat Penghancur Hutan



Indonesia — sementara para politisi terus berbicara, kami berdiri mengambil tindakan di garis depan kehancuran hutan dan kehancuran iklim di indonesia. Barack obama akan segera tiba di asia untuk kunjungan resmi pertamanya sementara amerika terus menghalangi kemajuan perjanjian petemuan pbb untuk iklim yang semakin kritis.
Seperlima dari emisi gas rumah kaca global yang berasal dari menebang dan pembakaran hutan, jelas kita tidak bisa mencegah bencana iklim jika para pemimpin dunia tidak mengambil tindakan untuk menghentikan kehancuran dengan spare part alat berat.
Lima puluh aktivis kami di semananjung kampar riau yang berasal dari indonesia, filipina, thailand, spanyol, jerman, belgia, brasil dan finlandia - menhentikan deforestasi langsung di jantung hutan tropis indonesia dan menghentikan perusahaan yang sedang membuka dan menghancurkan hutan yang kaya akan simpanan karbon di lahan gambut dan meminta obama untuk mengambil langkah tegas akan tindakan untuk perubahan iklim. Beberapa minggu sebelum pertemuan pbb untuk iklim di desember, pemerintahan obama secara aktif mengulur-ulur negosiasi perubahan iklim.
Sekelompok aktivis membuka spanduk besar dengan ukuran 20x30 meter spanduk di daerah yang hutannya baru saja di hancurkan oleh perusahaan pulp dan kertas yang berbunyi "obama: anda dapat menghentikan ini". Kelompok lainnya mengunci diri pada tujuh mesin berat yang berada di tengah hutan yang telah dihancurkan oleh asia pacific resources international holding limited (april - salah satu perusahaan pulp dan kertas terbesar di indonesia). Meskipun cuaca panas terik, nyamuk-nyamuk dan hujan deras - aktivis kami berhasil bertahan dan tetap terkunci di spare part alat berat tersebut. Para pekerja bahkan mulai menyalakan tiga dari excavator dan memindahkan salah satu dari mereka dengan tiga aktivis kami masih terkunci di atapnya. Mereka berhenti ketika aktivis lainnya dengan berani duduk tepat di depan mesin.


Http://www.greenpeace.org

No comments:

Post a Comment