Di ruangan dengan panjang sekitar 10 meter dan lebar 15 meter itu, empat perempuan muda menari. Tubuh mereka lincah meliuk-liuk mengikuti irama. Kaki yang mengentak dan pinggul yang bergoyang adalah bagian tubuh yang paling aktif bergerak.
Musik Latin menyertai gerakan maju-mundur dan kiri-kanan. Meski di ruang kecil, kegiatan tersebut tak urung membuat penari cukup terengah-engah. Namun, raut wajah para perempuan yang menari salsa (Latin Center) itu tampak ceria.
Instruktur salsa, Agus Leo, mengatakan, salsa kini digemari kalangan muda. Salsa mudah menyebar karena daya tariknya yang mengedepankan kedinamisan dan pesona penari, khususnya perempuan. Banyak gerakan salsa yang berputar cukup cepat membuat penari harus lincah. Stamina pun menjadi penting sehingga tarian itu lebih sesuai untuk mereka yang berusia muda.
"Kalau sudah berumur, cukup sulit karena napas bisa tersengal dan lebih cepat pusing lantaran banyak berputar," kata Agus. Selain tarian, salsa juga dapat diterapkan sebagai upaya melangsingkan badan. Tangan, leher, dan kepala senantiasa bergerak ketika menari salsa.
"Jadi, dari gerakan-gerakannya, salsa itu bisa dikatakan tarian yang centil. Salsa juga bisa dianggap sebagai olahraga karena tipenya energik," katanya.
Menurut Agus, mereka yang mengambil kursus salsa rata-rata sudah dapat menguasai gerakan dasar setelah enam kali pertemuan. Lama setiap pertemuan sekitar 1-2 jam. Kebanyakan tarian dilakukan dengan cara berpasangan. Laki-laki memimpin dan perempuan mengikuti. Setiap kelas bisa diikuti delapan orang. Kursus salsa dimulai dengan peregangan, pemanasan, dan tarian. Menurut Agus yang saat ini menjadi instruktur di tujuh tempat di
Asal muasal salsa berasal dari Amerika Latin. Gerakan-gerakan yang mengarah pada tarian salsa muncul pada dasawarsa 1950-an di Amerika Serikat. Pada era 1970-an, para penari salsa mulai menemukan bentuk gerakan tersendiri lalu menyebar dengan cepat ke negara-negara lain di dunia. Di Indonesia, salsa sudah ramai dikenal sejak 7-8 tahun lalu.
Peserta kursus salsa di Latin Center, Lisa (42), mengatakan dulu terbiasa menekuni aerobik untuk berolahraga, tetapi kemudian merasa bosan. "Lalu saya tertarik dengan salsa karena gerakannya bisa dikembangkan. Setiap kali mengikuti kursus, saya mendapat gerakan baru," katanya.
Selain itu, Lisa juga mengambil kelas salsa karena senang menari. Ia sudah mengikuti kursus salsa selama setahun ini sekali setiap minggu.
Lagi pula, menurut pegawai perusahaan telekomunikasi informasi itu, salsa tengah menjadi tren. Manfaat salsa, tubuh menjadi fit dan bugar.
Menurut Indah (23), peserta lain, menari salsa memang melelahkan, tetapi menyenangkan. Olahraga menjadi tidak terasa karena dilakukan dengan tarian. "Jadi, saya merasa salsa itu bersifat hiburan. Dulu saya berolahraga tenis, joging, atau berenang," katanya.
Akan tetapi, olahraga tersebut dianggap menjenuhkan. Pegawai bank swasta itu kemudian melihat tarian salsa dan beralih. "Asyik, sambil kumpul dengan teman-teman, ada aktivitas positif. Kumpul di kafe malah bikin gendut, he-he-he," ujarnya.
cetak.kompas.com
No comments:
Post a Comment